JAWABAN
Tugas I dan II Bimbingan Konseling
Jawaban Tugas. I
I. Pengertian Motif dan Motivasi
Seorang siswa tekun mempelajari buku sampai malam, tidak menghiraukan lelah dan kantuknya. Jika kita perhatikan si siswa dan si petani itu, timbul pertanyaan pada diri kita : Mengapa mereka lakukan atau bekerja seperti itu ? atau dengan kata lain : Apakah yang mendorong mereka untuk berbuat demikian? Atau : Apakah motif mereka itu?
Dari contoh di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apa saja yang yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya.
Juga dalam soal belajar, motifasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolahan seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motifasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.
Benyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semua tidak terduga. (Purwanto, 2002 : 60-61).
Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi).
Motivasi masih sukar diukur akan kelakuan itu tidak hanya disebabkan oleh sesuatu motif atau desakan sahaja, tetapi ada faktor-faktor yang membuatkan seseorang itu terdorong untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau menyelakan perasaan tidak suka itu. (Sudirman, 2001:73).
Istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto, 2002: 71).
Sesuatu organisme yang dimotivasi akan terjun dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien dari pada yang tanpa dimotivasi. Motivasi hanya mempertanggungjawabkan penguatan aspek-aspek perilaku, dan bahwa mekanisme lainya ( yaitu belajar, dan kognisi) berlaku untuk mengarahkan prilaku. (Taufiq, 1996:5).
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
a. Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kan kesenangan.
b. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c. Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.
Motifasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan – kekuatan yang kompleks, dorongan – dorongan, kebutuhan – kebutuhan, pernyataan – pernyataan, atau mekanisme – mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan – kegiatan yang inginkan ke arah penciptaan tujuan – tujuan personal. (Purwanto, 2002 :72).
- Motivasi belajar
Waktu masih remaja, kita mempunyai kemampuan untuk belajar dan melihat kelalaian masa lalu. Ketika kita mulai mengikuti ajaran-ajaran keluarga, sekolah, dan lingkungan, motivasi kita di awal tahun berganti dari tujuan kita ke menyenangkan orang lain, dan sering kali keinginan kita untuk belajar penderitaan. (
Bagaimana siswa bisa motivasi diri sendiri?, bagaimana siswa dapat :
a. mengakui rasa penemuan anda
b. bertanggung jawab pada pelajaranmu
c. menerima resiko dari belajar dengan kepercayaan, kemampuan, dan otonomi
d. mengakui bahwa "kegagalan" adalah sukses:
belajar dari kegagalan alalah dengan jalan yang sama belajar apa
e. merayakan prestasi anda jika dapat mencapai tujuan anda.
Perjalanan motivasi dalam diri sentiasa berpusing dan berubah serta memerlukan peningkatan ganjaran. Motivasi seseorang siswa bermula dengan usahanya. Usahanya dipengaruhi oleh tekanan positif dan tekanan negatif yang dialami. Tekanan positif ini termasuklah keinginan mendapatkan ganjaran penilaian atau peningkatan prestasi dalam belajar. Tekanan negatif pula mungkin dalam bentuk ketidakupayaan menyempurnakan harapan, dan sasaran yang dikehendaki.
Jadi memotivasi bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya.
Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu:
a. Motivasi pertama yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya siswa patuh pada gurunya karena takut dikenai sangsi jika melakukan kesalahan yang akan berakibat nilai akan jelek.
b. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Siswa mau melakukan sesuatu atau belajar karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
c. Motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya belajar bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya. ( http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html)
Untuk menjadi manajer pada diri sendiri yang efektif dan dapat memotivasi untuk mencapai sasaran, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.
a. Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari seorang siswa dengan menetapkan berbagi sasaran yang akan dicapai. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap siswa dalam belajar dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.
b. Kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Dapat menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu:
1). jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan
2). berikan penghargaan yang jujur dan tulus.
2. Potensi bawaan
Setiap ciptaan mempunyai talenta alami yang unik di dalam dirinya. Talenta bawaan itu akan menjadi sempurna secara alami. Artinya, bila seseorang menyadari bahwa kekuatan bawaannya yang dimilikinya misalkan talenta seorang orator (communicator) maka dengan berlatih guna memperoleh skill dan mempelajari teknik-teknik berkomunikasi dan berbicara (knowledge) maka dia akan mampu mencapai penampilan puncak yang sempurna (best performance)nya sebagai orator. Maka sebenarnya dalam pemilihan jurusan bagi anak-anak kita, sebaiknya disesuaikan dengan bakat bawaan (talenta innate) yang mereka miliki. Saat ini test potensi bawaan ini seperti Strengths Finder, MBTI dan DISC Profile telah dapat digunakan untuk memahami potensi bawaan seseorang. Biasanya siswa yang memilih jurusan sesuai dengan potensi bawaannya, seolah telah mempersiapkan karir yang nanti akan memberinya kepuasan dan kebahagiaan. Sebaliknya mereka yang dipaksa mengikuti jurusan yang sebenarnya tidak seusai dengan potensi bawaannya, sering mengalami kesulitan dalam meniti karir, bahkan stress dalam menjalani jurusan tersebut.
3. Pengaruh Lingkungan terhadap Individu Siswa
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
- Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
- Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
- Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
- Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.
4. Keunikan Pribadi
Anak berbakat memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Umumnya mereka memiliki minat yang kuat terhadap berbagai bidang yang menjadi interestnya. Sangat tertarik terhadap berbagai persoalan moral dan etika. Sangat otonom dalam membuat keputusan dan menentukan tindakan. Sejumlah karakteristik yang unik ini jika tidak dipahami dengan benar oleh para pendidik dan orang tua maka akan menimbulkan persepsi seolah-olah anak berbakat adalah individu yang keras kepala, tidak mau kompromi bahkan ada yang secara ekstrim menilai anak berbakat rendah sikap prososialnya.
Mempertimbangkan keunikan karakteristik kepribadian anak berbakat seperti tersebut di atas maka diperlukan cara-cara khusus dalam mengelola atau memfasilitasi kegiatan berlajar anak berbakat. Sikapnya yang otonom dipadu dengan task commitment yang tinggi dan minatnya terhadap banyak aspek kehidupan serta nilai-nilai moral maka wajar jika anak berbakat memiliki perilaku belajar yang berbeda dengan anak umum.
Dalam belajar, anak-anak berbakat memiliki self regulated yang kuat dan positif untuk menunjang keberhasilannya. Mereka mampu menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu diri (self-efficacy ) untuk meraih target yang hendak dicapai, penataan lingkungan untuk menopang pencapaian target, menentukan sendiri bagaimana mendapatkan social support agar dapat sukses, melakukan evaluasi diri dan memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang membedakan anak berbakat dengan anak-anak biasa.
Jawaban Tugas. II
B. Jelaskan Teori Belajar seperti di bawah ini:
- Teori Belajar Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. Prinsip-prinsip teori behaviorisme:
- Obyek psikologi adalah tingkah laku
- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
- mementingkan pembentukan kebiasaan
2. Teori belajar Kognitif atau teori pemrosesan informasi
Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
- Teori belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
- Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
- Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
- Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
- Teori belajar Alternatif konstruktivisme.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa